mahasiswa
Surabaya April 2017
Selain berfokus pada peningkatan akademik mahasiswa, Universitas Airlangga Surabaya juga berorientasi pada peningkatan soft skills mahasiswa.
Berbagai cara pun direncanakan dan direalisasikan oleh pihak Rektorat.
Salah satunya adalah peningkatan kemampuan kepemimpinan dan organisasi.
Salah satunya adalah melegalkan dan mengijinkan berdirinya organisasi
intra kampus seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Badan
Legislatif Mahasiswa (BLM) pada tingkat Universitas dan Fakultas,
Himpunan Mahasiswa (HIMA) pada tingkat Jurusan atau Departemen, Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) pada tingkat Universitas, dan Badan Semi Otonom
(BSO) pada tingkat Universitas, Fakultas, dan Departemen. Masing-masing
dari organisasi kemahasiswaan ini memiliki program kerja
sendiri-sendiri. Program kerja tersebut direalisasikan melalui berbagai
kegiatan dan acara yang diadakan secara rutin dan insidental.
Acara yang diadakan banyak jenisnya. Dari call for paper, seminar,
workshop, lomba, dan acara kesenian. Banyak hal pun harus dipersiapkan
oleh mahasiswa termasuk pendanaan. Pendanaan merupakan hal yang sangat
mendasar dan penting untuk keberlangsungan acara. Tidak ada dana, acara
tidak akan mungkin berlangsung. Tak ayal, permasalahan pendanaan ini
sering membuat mahasiswa unair dalam kesulitan apalagi jika dana yang
dibutuhkan belum tercukupi.
"Saya bisa sampai tidak tidur
dua hari dua malam memikirkan masalah dana", cerita Astrini Aning,
mahasiswa sekaligus pengurus Hima Akuntansi FE Unair. Hal yang senada
pun diungkapkan oleh Clarisa Finanda, pengurus BEM Fakultas Kedokteran,
"Kalau dana yang dibutuhkan banyak dan masih jauh dari cukup, bisa bikin
nggak konsen kuliah, bikin nggak tidur, pokoknya pusing
deh." Pernyataan yang sedikit beda diungkapkan oleh Muhammad Sultonul
Haq, pengurus Hima Komunikasi FISIP Unair, "Bagiku pribadi dan beberapa
teman di Hima Komunikasi sih kekurangan dana emang masalah dan bikin cenat cenut.
Tapi, justru disitulah tantangannya. Kami belajar untuk mencari solusi
dan dituntut untuk menjadi kreatif menyelesaikan pendanaan itu. Bahkan,
kami belajar untuk mencegahnya."
Memang masalah dana membuat
mahasiswa kelabakan. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangat
mereka untuk berusaha mengatasi masalah pendanaan. Mereka pun menyiapkan
berbagai strategi dan rencana. Hal yang pasti dilakukan oleh para
mahasiswa adalah mengajukan kerjasama dengan berbagai perusahaan atau
mencari sponsor. Bisa dikatakan cara ini bukanlah cara yang mudah.
Mahasiswa harus pandai-pandai bernegosiasi dengan pihak sponsor.
Kelemahan acara ini terletak
pada proses negosiasi yang cenderung lama dan bentuk kerjasama yang
dilakukan. "Kalau sekarang, jarang ada sponsor yang mau untuk kasih fresh money.
Kebanyakan pihak sponsor memberi produk. Padahal yang dibutuhkan uang."
cerita Aning. Untuk menanggulangi kesulitan ini, mahasiswa pun
mengakalinya dengan cara barter. Mahasiswa mengajukan tawaran publikasi
dengan produk dari perusahaan yang dibutuhkan untuk keberlangsungan
acara. "Teman-teman biasanya membuat daftar kebutuhan acara dalam bentuk
produk lalu mencari sponsor yang sekiranya bisa memenuhi produk itu.
Kami pun menawarkan publikasi logo sponsor lewat poster, spanduk,
baliho, dan adlibs" lanjut mahasiswa semester empat ini.
Cara yang ditempuh oleh Haq dan teman-teman Hima Komunikasi Unair pun hampir sama. "Kalau kami sih
pilih perusahaan yang punya program CSR yang sama dengan acara kami.
Kami tidak memilih secara acak. Jadi, kerja kami lebih efektif dan
terfokus. Kami juga menerapkan sistem barter." jelas Haq. Jika dana yang
didapat dari sponsor tidak mencukupi, ada beberapa strategi lagi yang
diterapkan oleh mahasiswa. Cara yang paling sering dilakukan adalah
berjualan. Mulai berjualan minuman, snack, aksesoris, hingga berjualan baju. "Berjualan itu sudah pasti dilakukan oleh teman-teman. Biasanya jualan minuman dan snack di
kampus setiap hari." ujar mahasiswa Kedokteran semester 4, Clarisa.
"Kalau lagi niat banget, temen-temen belain jualan jasa. Biasanya buka
stan pemeriksaan gula darah dan tekanan darah hari minggu di TP pagi
(Tugu Pahlawan, red)", lanjutnya.
Selain berjualan, mahasiswa pun
punya segudang cara yang menarik dan kreatif. Ada beberapa mahasiswa
yang rela 'mengamen' di kampus. Hampir tiap hari menjelang acara,
segerombolan mahasiswa pun mengitari kampus Unair dan bernyanyi di
sekitar mahasiswa lain yang juga bergerombol. "Sebenarnya sih malu, nggak apa
deh, daripada dananya kurang. Tapi cara ini dilakukan kalau udah mepet.
hehe" kenang Aning. Cara yang berbeda dilakukan oleh Clarisa dan
teman-teman FK Unair. "Paling sering kami meloakkan barang-barang bekas
seperti baju, buku, sepatu, pokoknya apapun yang bekas deh". Walau uang
yang didapat tidak banyak, namun cara ini layak dilakukan sebab tidak
membutuhkan banyak tenaga.
Lain Clarisa, lain lagi Haq. Haq
dan teman-teman Hima Komunikasi Unair lebih memilih untuk menjadi EO
dadakan. "Pernah kami bekerja sama dengan pihak SCTV untuk membantu
merealisasikan acara mereka, SCTV Goes To Campus (SGTC)" papar Haq,
"Acara begitu sederhana, tidak membutuhkan dana dari pihak kami (Hima, red) tapi
justru kami yang mendapat dana dari mereka dan pengalaman dan jaringan,
tentunya" lanjutnya. Mengadakan acara orang memang tidaklah mudah dan
bahkan kalau salah memilih justru bisa rugi di belakang. "Kalau pengen
menerapkan cara ini, saya sarankan mencari acara yang tidak memberatkan
teman-teman dan lingkupnya kecil seperti lingkup Universitas" saran
mahasiswa yang menduduki posisi sebagai Ketua Divisi Student Event
Organizer Hima Departemen Ilmu Komunikasi. (ibi)
Komentar
Posting Komentar